Sabtu, 17 September 2011

Menjelajah Nusantaraku : Sepenggal Cerita di Tanah Borneo

Wah…lama gak ngeblog nih, padahal ini cerita udah lama saya ketik, hmmm…gak apalah yang penting sudah berhasil saya posting, nih cerita-ceritaku selama di Pulau nan kaya Kalimantan.



Berawal dari kenekatan besar untuk mencari sebuah pengalaman dan jawaban hingga saya bulatkan tekad pergi ke pulau yang terkenal kaya raya akan hasil alamnya yang juga menjadi paru-paru dunia, dan saya masih bersyukur saya diberikan kesempatan untuk mengenal lebih jauh ragam pesona, suku, dan budaya di negeri ini…




8 bulan saya tinggal di sana, saya tinggal di bagian timur pulau kalimantan itu, di kota yang tekenal paling kaya di negeri ini, ya…samarinda !
Di tanah rantau pertamaku ini saya benar-benar mengerti akan arti hidup terlebih hidup di tanah orang, hanya sebuah kalimat yang ada dibenakku kala itu yaitu “ dimana bumi di pijak, disitu langit dijunjung ” yang artinya “ dimana kita berada, disitu kita menghormati adat “, sebenarnya disana banyak juga perantau asal jawa yang tinggal, namun saya ingin lebih dekat dengan warga asli, dan ternyata warga asli sini sangat amatlah ramah, masih terbayang diingatanku ketika saya masih tinggal disana seorang teman kontrakanku sedang sakit parah dan membutuhkan pertolongan untuk dibawa ke rumah sakit, ketika itu hanya saya yang ada disana, saat itu seorang ibu asli sana datang ke kontrakanku dan menanyakan keadaan temanku tersebut, dengan ramah beliau menawarkan sepeda motornya untuk membawa temanku ke balai pengobatan yang memang cukup jauh dari kontrakanku.

Tak hanya itu yang membuatku betah disana, warga disana tidak membeda-bedakan asal suku bahkan mereka selalu merangkul para warga pendatang untuk slalu hidup bersama, itu terbukti ketika mereka selalu mengajakku untuk datang menyaksikan dan menonton bola bersama ketika piala AFF kemarin lewat layar tancap yang memang dikhususkan dan berada di depan kontrakanku. Dengan bersorak dan berteriak bersama membuat suasana malam itu ibarat kampong halaman. Ketika datang pertandingan sepakbola antara klub kota ini Persisam Putra Samarinda melawan klub kota asalku Persijap Jepara, dengan ramah warga sini mengajakku nonton bersama langsung ke Stadion Segiri tempat berlangsungnya pertandingan tersebut. Atmosphere pertandingan begitu terasa ketika timku unggul hingga pertandingan hampir usai, namun situasi kembali kondusif ketika pertandingan berakhir seri 1-1, disana saya juga mengenal orang-orang yang berasal dari berbagai suku, salah satunya adalah temanku yang berasal dari tanah Sulawesi selatan yaitu suku bugis, dari dulu pantang bagi orang bugis kalau tidak pernah merantau dan memang terkenal menjadi nenek moyang bangsa Indonesia yang slalu menjelajah negeri ini dengan kapal pinisinya, temanku pun demikian, meskipun dia baru berumur tak lebih dari 18 tahun dia berani merantau sendiri ke tanah orang lain, dari dia aku mulai tahu bahwa hidup itu keras dan pentingnya mencari sebuah pengalaman dengan merantau, dan jadi kaum pria harus berani menyebrang lautan !
Disana saya juga sempat berbincang-bincang dengan orang dari suku bima nusa tenggara barat, mereka pun tak kalah keras dalam tekad dengan orang bugis, dengan bahasa dan logat yang mungkin sulit untuk kita mengerti dia bercerita tentang daerah aslnya di bima sana yang memang agak terisolir dan dianak tirikan oleh pemerintah, berbagai sumber pokok dan pembangunan disana sangat lambat, berbeda dengan yang ada di pulau jawa terlebih. Nah sobat…ini dulu ya ceritaku, nanti ku posting lagi :)