Sabtu, 02 April 2011

Serba – Serbi Hidup di Kalimantan

27 oktober 2010, ya…itulah hari pertamaku menginjakkan kaki di tanah Borneo, sebelum ke pulau itu saya sempat pamitan sama teman-teman Banaspati saat laga Persijap vs Persipura yang akhirnya tim kami kalah di kandang 1-3, pagi harinya tepat pukul 08.00wib saya ambil semua berkas yang telah saya persiapkan sebelumnya, tak lupa juga berpamitan dengan ibu dan adek-adekku, Saya ke Kalimantan bersama ayah saya, perjalanan yang kami tempuh melalui udara, pertama dari jepara menuju bandara juanda Surabaya, tepat pukul 16.00wib kami sampai disana, kamipun bergegas langsung menuju ticketing, namun apes semua ticket pesawat tujuan Balikpapan habis, padahal target kami ambil penerbangan jam 17.00wib, senja pun tiba, kami pun cari tempat istirahat semalam dan kami pun putuskan beristirahat di hotel dekat bandara juanda di daerah waru sidoarjo. Esok harinya kami pesan tiket dan kami dapat penerbangan pukul 11.00wib, tepat pukul 10.00wib kami check out dari hotel dan diantarkan oleh supir yang memang dikhususkan untuk mengantar para tamu hotel yang ingin ke bandara, ini adalah pengalaman  pertama kali saya di bandara, setelah dapat ticket kami pun check in dan menunggu di ruang tunggu, 15menit kemudian pesawat tujuan Balikpapan siap berangkat, kamipun naik ke Pesawat, pesawat yang kami tumpangi adalah Li*n Air, sempat terfikir dibenakku tentang kecelakaan Li*n Air di bandara Adi Sumarmo Solo beberapa tahun silam, tapi itu kuanggap angin lalu, Penerbangan itu serasa singkat dan nyaman tepat pukul 12.30wib/13,30wita pesawat mulai mendarat di Bandara Sepinggan Kota Balikapan, Kaltim. Saat turun dari pesawat tak lupa ku ucap bismillah dan sapa assalamu’alaikum…Diluar bandara Kami dijemput mobil charteran jurusan Balikpapan samarinda, perjalanan Balikpapan samarinda memakan waktu 3jam ditengah perjalanan kami disuguhi hutan belantara, keunikan yang kutemui pertama di Kalimantan itu adalah hutan yang bernama “bukit soeharto”, ya bukit itu adalah milik keluarga soeharto dulu saat jaman orde baru sampai sekarangpun masih dimiliki oleh keluarga soeharto, keunikan lainnya adalah masih alaminya hutan-hutan disana dan rindang tentunya, tak heran di sepanjang jalan menuju samarinda kami sempat beberapa kali bertemu dengan kawanan Bekantan (sejenis monyet tapi lebih besar berwarna putih dan berjenggot) yang hanya bisa ditemukan di hutan Kalimantan, di perjalanan itupun tak lupa ku update status fb dan browsing tentang Kalimantan dan samarinda di google tentunya. Dipencarian itu terdapat keterangn bahwa samarinda dan tenggarong (ibukota kabupaten kutai kartanegara) adalah wilayah dan kota terkaya di Indonesia, dengan pendapatan apbd tiap tahun hampir 2,4 triliyun rupiah/tahun, di benakku menimbang-nimbang dengan daerah di jawa, terlebih kotaku yang mungkin hanya dibawah 400miliyar rupiah/tahun.Perjalanan pun hampir sampai di samarinda, kami melewati stadion termegah di Kalimantan yaitu stadion utama kaltim Palaran, tepat pukul 17.00wita (maghrib) kami sampai di rumah tempat tinggal ayahku di daerah Sempaja Samarinda (Jl. Wahid hasyim No. 20 depan LP sempaja), selama 2bulan saya berada disana sebelum pindah ke daerah loa janan kutai kartanegara,disana ku temukan teman-teman baik, meskipun saya pendatang disana tapi rasa menghargai mereka yang membuat saya terharu, saya pertama berkenalan dengan penjaga warnet di depan sebrang jalan, dia asli orang palangka raya.kalteng bernama santi, saya tahu lebih banyak tentang Kalimantan darinya, sempat dia bercerita tentang pembantaian warga Madura didaerahnya (tragedi sampit), dengan ramah pun saya menceritakan balik tentang daerah saya, 2bulan di sempaja membuatku semakin nyaman karna warga disana sering mengajak gotong royong, berbagi dengan sesama, selama di sempaja saya bekerja di Signa Mebel dan PT. Bintang Agung Furniture sebagai designer interior. Kadang hari libur kerja saya ikut ke gudang tempat teman-teman kerja. Di sempaja saya merasa sangat nyaman terlebih dekat stadion madya sempaja meskipun daerah sana sangat panas, tiap malam kuhabiskan waktu di pinggir jalan untuk sejenak menghirup udara dan menikmati makanan di pinggir jalan,Disini selain kerja saya juga ingin mempelajari tentang kerajaan kutai (kerajaan hindu pertama di Indonesia), hehe…meskipun saya lulusan IPA tapi saya sangat mencintai sejarah, ingat pepatah Pak Soekarno“ Jasmerah ( Jangan sekali-kali melupakan sejarah ) Pengalaman pertama saya adalah saat malam tahun baru, meskipun lebih dekat ke samarinda tapi saya memilih untuk ke tenggarong, setelah sholat maghrib dan membaca surat yasin (karna saat itu teman kami Banaspati ada yang meninggal terjatuh dari kereta api di daerah pekalongan) saya langsung bergegas kesana ditemani teman saya, malam-malam melewati hutan belantara, satu jam perjalanan kami pun sampai di kota tenggarong kota terkaya di negri ini, memasuki kota tersebut terdapat patung berbentuk gajah symbol kerajaan kutai masa lalu, memasuki jantung kota saya  terpesona saat melintas jembatan megah membentang di atas sungai Mahakam, jembatan itu bernama “ Jembatan Gerbang Raja ” sangat indah dan megahnya terlihat warna warni lampu hias dan terlihat pulau di tengah sungai Mahakam menambah indahnya kota tenggarong, pulau itu berbentuk perahu, menurut cerita, konon ada gerombolan orang asing yang ingin menjajah daerah kutai, namun dengan kesaktian orang dayak dan kutai perahu itu di kutuk menjadi pulau, malam itu pun kami ingin mengunjungi museum raja kutai, namun dilarang oleh warga sekitar karna keangkerannya, kamipun memilih mengunjungi stadion utama di kota tenggarong, satu-satunya stadion di Indonesia yang bersifat system buka tutup seperti stadion san siro Milan Italy. Jam sudah menunjukkan pukul 22.00wita takut pulang kemaleman karna harus melewati hutan berantara kamipun balik, ditengah perjalanan kami mampir di tengah bukit, terlihat gemerlapnya kembang api dan kilaunya sungai Mahakam dan terlihat masjid Islamic center yang sangat megah, lalu saya mampir ke sempaja sejenak menyalami teman-teman dan tetangga dulu, pukul 23.40wita kami sampai di kota tepian samarinda, ya…sampai di daerah yang kami lihat dari bukit tadi. Pukul 23.59. terdengar tiupan terompet dan petasan menyambut datangnya tahun baru. Malam itu begitu panjang, kami pun pulang, saat perjalanan pulang kami ditelfon teman-teman untuk mampir di jalan Jakarta II karna ada pesta disana, yuupz…sate kambing kami lahap, ahaha…itulah pengalaman terindahku disini.Masih ada satu keinginan saya yaitu ikut acara adat“ erau “pesta adatnya orang dayak dan kutai yang di gelar setiap tahun di bulan juni, disana akan menampilkan tarian adat, berkumpulnya orang-orang dayak dan pelarungan kepala naga, yang suka nonton jejak petualang trans77 pasti tau Di daerah Kalimantan kebanyakan masih berupa rumah panggung, berbeda dengan di jawa, tapi saya bahagia masih diberi kesempatan untuk mengenal lebih jauh pesona, ragam, dan budaya di negeri ini. Bahasa daerah Logat bahasa pun kadang membuatku tertawa, dan mungkin sebaliknya tapi inilah budaya kita.Di tempatku sini juga dekat dengan Jembatan Mahakam Hulu atau lebih terkenal dengan nama “ Jembatan Mahulu” yang menghubungkan samarinda seberang dan samarinda hulu, setiap malam minggu disini diadakan pasar malam, semua apa yang ada di Kalimantan bahkan luar Kalimantan juga tersedia, kebanyakan disini juga para perantau, mayoritas para perantau dari suku Bugis Sulawesi, Jawa, Minang, Banjar, dan Madura.Disini sarana pendidikan juga agak memprihatinkan, banyak kelas yang saling bergantian ada kelas pagi dan siang. Namun tetap salut sama anak-anak sini, berjalan berkilo-kilo meter untuk menuntut ilmu, "tetap semangat dek…!!" Nama Samarinda menurut sejarah konon berasal dari kata“ sama rendah”, dulunya para bangsawan bugis yang merantau disini berhasil mendirikan sebuah rumah sakit di daerah samarinda seberang, disana mereka tidak membeda-bedakan asal suku atau ras, mereka menghormati warga asli sana maka mereka pun mendirikan sebuah rumah sakit untuk kesehatan warga, rumah sakit itupun didirikan tidak melebihi tinggi rumah di daerah sana dan sejajar sama rendahnya, maka rumah sakit itupun di namakan rumah sakit sama rendah, dan perlahan berganti nama menjadi rumah sakit umum daerah (rsud), dan daerah disekitarnya bernama samarinda.